Kabel Cross dan Straight
Dalam pengkabelan jaringan komputer ada dua macam konfigurasi pengkabelan yaitu:
1. kabel straight
2. kabel cross
kabel stright: kabel straight adalah kabel yang sangat simpel karena untuk konfigurasi nya adalah tetap. kabel ini digunakan untuk jaringan yang melewati hub atau antar komputer tidak terhubung langsung tapi melewati sebuah media. biasanya kabel ini digunakan untuk jaringan lokal dengan hub sebagai perantaranya.
jadi intinya adalah antara pin yang satu dengan ujung yang lain urutan kabel nya sama yaitu : putih orange, orange, putih hijau, biru, biru putih, hijau, putih coklat, coklat.
kabel cross: kabel ini berbeda dengan kabel straight biasanya di gunakan untuk jaringan point to point atau hub pc ke pc secara langsung tanpa melewati media lain. dan antara urutan kabel pada ujung satu dengan ujung yang lain berbeda.
nah perbedaan terlihat mencolok kan kalau straight urutannya sama, tapi kalau cross berbeda. kalau ujung satu sudah urut seperti cabel staright maka ujung satunya di balik yaitu putih hijau, hijau, orange, biru, biru putih, putih orange, putih coklat, coklat. begitu teman2. semoga bermanfaat yach!
http://www.google.co.id/search?hl=id&q=kabel+cross+dan+straight&aq=2&aqi=g10&aql=&oq=kabel+cross&gs_rfai=
Thursday, September 30, 2010
Thursday, September 16, 2010
Fotografi
Aspek teknis dalam fotografi
Yang sering menjadi kendala utama fotografer pemula adalah kendala teknis. Banyak yang tidak mengetahui dasar dan tidak mengenal kameranya dengan baik. Saya pikir ini penting sekali untuk diatasi sebelum melangkah lebih jauh. Dengan menguasai aspek teknis, kita bisa membuat foto yang kita inginkan.
EXPOSURE / PENCAHAYAAN
Inti fotografi adalah pencahayaan, maka itu sangat penting kita memahami hal ini. Ada tiga faktor utama yang menentukan pencahayaan yaitu bukaan (aperture), kecepatan pemantik (shutter speed) dan sensitivitas sensor (ISO).
Jenis mode kamera yang bisa dipilih
Berkaitan erat dengan pencahayaan, pertanyaan yang sangat sering saya dapatkan adalah mode kamera apa yang saya harus pakai. Bagi yang memahami prinsip pencahayaan, tentunya lebih cenderung memakai Manual (M), Aperture Priority (A/Av) atau Shutter Priority (S/Tv).
Lalu bagaimana dengan Auto mode, atau Program (P) mode atau scene modes seperti landscape mode (yang gambarnya seperti gunung) atau portrait mode (yang gambar wajah orang dari samping)? Apakah boleh memakai mode itu? Boleh saja kalau belum memahami pencahayaan, tapi bila telah memahami, otomatis kita tidak butuh lagi mode-mode tersebut.
Mempelajari pencahayaan ibaratnya seperti belajar mobil manual, berenang atau belajar naik sepeda. Pertama-tama rasanya susah sekali, tapi kalau sudah memahami dan disertai praktek yang teratur, segalanya akan menjadi lancar. Setelah memahami hal ini, hasil hasil foto-foto Anda akan lebih konsisten.
EXPOSURE COMPENSATION / KOMPENSASI
Histogram: Kalau kurva berwarna hitamnya banyak menumpuk di sebelah kanan seperti ilustrasi di atas. Ini menandakan pencahayaannya terlalu berlebihan
Masih berkaitan dengan pencahayaan, hal yang perlu diperhatikan terutama fotografi digital adalah menghindari pencahayaan berlebih sehingga foto menjadi terlalu terang karena akan banyak detail yang hilang dan tidak bisa dimunculkan kembali. Untuk mengecek apakah foto kita terlalu terang, kita bisa lihat di layar LCD atau histogram.
Selain itu seringkali bila pemandangan di depan kita lebih banyak warna gelapnya daripada terangnya, kamera sering salah menafsirkan, sehingga foto menjadi lebih terang. Untuk itu, kita bisa mengakalinya dengan mengunakan fungsi kompensasi pencahayaan.
Nilai kompensasi tergantung pemandangan, jenis pengukur cahaya /metering yang aktif dan jenis kamera. Saran saya coba-coba saja sampai menemukan pencahayaan yang optimal.
MENCEGAH FOTO KABUR / GOYANG
Dua faktor foto kabur atau goyang adalah salah fokus atau shutter speed kurang tinggi. Untuk masalah auto fokus, jangan mengandalkan setting automatic focus, tapi pilihlah titik fokus tertentu. Bila subjek bergerak, maka gunakanlah continuous AF sehingga auto focus bisa mengikuti subjek.
Untuk memastikan fokusnya benar-benar telah terkunci, bisa dari suara “beep” atau lihat konfirmasi AF yang biasanya berbentuk bulatan atau kotak hijau di dalam jendela bidik / viewfinder.
Berkenaan dengan masalah shutter speed, untuk foto subjek yang bergerak, butuh shutter speed yang cukup tinggi. Contoh: minimal 1/125 untuk foto orang berjalan. Kalau lebih rendah, foto akan kabur. Di kondisi cahaya yang kurang baik, triknya adalah menaikkan nilai ISO, sehingga shutter speed tinggi bisa dicapai.
DEPTH OF FIELD / KEDALAMAN FOKUS
Kedalaman fokus yang tipis membuat subjek lebih menonjol dan latar belakang menjadi blur sehingga berkesan artistik.
Untuk membuat efek seperti itu, saya pernah menulis artikel faktor-faktor yang menentukan latar belakang menjadi kabur.
WHITE BALANCE
Contoh beberapa preset White Balance
Tips terakhir untuk artikel ini adalah menentukan setting WB / White balance yang tepat dengan kondisi atau hasil yang ingin dicapai. Memang di setiap kamera biasanya telah ada AWB atau Auto White Balance, tapi sekali lagi, AWB sering kali tidak menerjemahkan kondisi lapangan dengan baik atau tidak memahami keinginan kita.
Misalnya bila kondisi cahaya di lapangan mendung, maka pilihlah WB cloudy (yang bergambar seperti awan). Kalau di bawah bayangan, pilih Shade dan seterusnya. Kalau di dalam ruangan yang lampunya kuning, maka pakailah WB tungsten (yang gambarnya seperti bola lampu).
Bila ingin foto terlihat lebih hangat (kekuningan/jingga), maka set WB ke cloudy atau shade. Bila ingin foto terlihat lebih dingin / kebiruan, maka pilihlah WB tungsten.
Untuk kamera yang canggih, kita bisa mengeset temperatur warna sendiri dalam derajat Kelvin. Makin rendah makin biru, makin tinggi makin kekuningan.
PENUTUP
Sebelum mengembangkan fotografi secara artistik, tentunya kita harus menguasai hal-hal teknis terlebih dahulu. Maka itu, kita benar-benar perlu sungguh-sungguh belajar dan berlatih.
Lalu saya perlu tekankan juga bahwa untuk menguasai hal-hal teknis, tidak diperlukan kamera atau lensa yang canggih yang mahal. Asal kameranya punya fungsi Manual dan semi otomatis seperti Aperture priority atau Shutter priority, maka Anda bisa mempraktekkan prinsip-prinsip fotografi diatas.
Banyak juga yang di bahas di artikel ini, semoga bisa dipahami dan selamat berlatih.
by Enche on May, 26 2010
Yang sering menjadi kendala utama fotografer pemula adalah kendala teknis. Banyak yang tidak mengetahui dasar dan tidak mengenal kameranya dengan baik. Saya pikir ini penting sekali untuk diatasi sebelum melangkah lebih jauh. Dengan menguasai aspek teknis, kita bisa membuat foto yang kita inginkan.
EXPOSURE / PENCAHAYAAN
Inti fotografi adalah pencahayaan, maka itu sangat penting kita memahami hal ini. Ada tiga faktor utama yang menentukan pencahayaan yaitu bukaan (aperture), kecepatan pemantik (shutter speed) dan sensitivitas sensor (ISO).
Jenis mode kamera yang bisa dipilih
Berkaitan erat dengan pencahayaan, pertanyaan yang sangat sering saya dapatkan adalah mode kamera apa yang saya harus pakai. Bagi yang memahami prinsip pencahayaan, tentunya lebih cenderung memakai Manual (M), Aperture Priority (A/Av) atau Shutter Priority (S/Tv).
Lalu bagaimana dengan Auto mode, atau Program (P) mode atau scene modes seperti landscape mode (yang gambarnya seperti gunung) atau portrait mode (yang gambar wajah orang dari samping)? Apakah boleh memakai mode itu? Boleh saja kalau belum memahami pencahayaan, tapi bila telah memahami, otomatis kita tidak butuh lagi mode-mode tersebut.
Mempelajari pencahayaan ibaratnya seperti belajar mobil manual, berenang atau belajar naik sepeda. Pertama-tama rasanya susah sekali, tapi kalau sudah memahami dan disertai praktek yang teratur, segalanya akan menjadi lancar. Setelah memahami hal ini, hasil hasil foto-foto Anda akan lebih konsisten.
EXPOSURE COMPENSATION / KOMPENSASI
Histogram: Kalau kurva berwarna hitamnya banyak menumpuk di sebelah kanan seperti ilustrasi di atas. Ini menandakan pencahayaannya terlalu berlebihan
Masih berkaitan dengan pencahayaan, hal yang perlu diperhatikan terutama fotografi digital adalah menghindari pencahayaan berlebih sehingga foto menjadi terlalu terang karena akan banyak detail yang hilang dan tidak bisa dimunculkan kembali. Untuk mengecek apakah foto kita terlalu terang, kita bisa lihat di layar LCD atau histogram.
Selain itu seringkali bila pemandangan di depan kita lebih banyak warna gelapnya daripada terangnya, kamera sering salah menafsirkan, sehingga foto menjadi lebih terang. Untuk itu, kita bisa mengakalinya dengan mengunakan fungsi kompensasi pencahayaan.
Nilai kompensasi tergantung pemandangan, jenis pengukur cahaya /metering yang aktif dan jenis kamera. Saran saya coba-coba saja sampai menemukan pencahayaan yang optimal.
MENCEGAH FOTO KABUR / GOYANG
Dua faktor foto kabur atau goyang adalah salah fokus atau shutter speed kurang tinggi. Untuk masalah auto fokus, jangan mengandalkan setting automatic focus, tapi pilihlah titik fokus tertentu. Bila subjek bergerak, maka gunakanlah continuous AF sehingga auto focus bisa mengikuti subjek.
Untuk memastikan fokusnya benar-benar telah terkunci, bisa dari suara “beep” atau lihat konfirmasi AF yang biasanya berbentuk bulatan atau kotak hijau di dalam jendela bidik / viewfinder.
Berkenaan dengan masalah shutter speed, untuk foto subjek yang bergerak, butuh shutter speed yang cukup tinggi. Contoh: minimal 1/125 untuk foto orang berjalan. Kalau lebih rendah, foto akan kabur. Di kondisi cahaya yang kurang baik, triknya adalah menaikkan nilai ISO, sehingga shutter speed tinggi bisa dicapai.
DEPTH OF FIELD / KEDALAMAN FOKUS
Kedalaman fokus yang tipis membuat subjek lebih menonjol dan latar belakang menjadi blur sehingga berkesan artistik.
Untuk membuat efek seperti itu, saya pernah menulis artikel faktor-faktor yang menentukan latar belakang menjadi kabur.
WHITE BALANCE
Contoh beberapa preset White Balance
Tips terakhir untuk artikel ini adalah menentukan setting WB / White balance yang tepat dengan kondisi atau hasil yang ingin dicapai. Memang di setiap kamera biasanya telah ada AWB atau Auto White Balance, tapi sekali lagi, AWB sering kali tidak menerjemahkan kondisi lapangan dengan baik atau tidak memahami keinginan kita.
Misalnya bila kondisi cahaya di lapangan mendung, maka pilihlah WB cloudy (yang bergambar seperti awan). Kalau di bawah bayangan, pilih Shade dan seterusnya. Kalau di dalam ruangan yang lampunya kuning, maka pakailah WB tungsten (yang gambarnya seperti bola lampu).
Bila ingin foto terlihat lebih hangat (kekuningan/jingga), maka set WB ke cloudy atau shade. Bila ingin foto terlihat lebih dingin / kebiruan, maka pilihlah WB tungsten.
Untuk kamera yang canggih, kita bisa mengeset temperatur warna sendiri dalam derajat Kelvin. Makin rendah makin biru, makin tinggi makin kekuningan.
PENUTUP
Sebelum mengembangkan fotografi secara artistik, tentunya kita harus menguasai hal-hal teknis terlebih dahulu. Maka itu, kita benar-benar perlu sungguh-sungguh belajar dan berlatih.
Lalu saya perlu tekankan juga bahwa untuk menguasai hal-hal teknis, tidak diperlukan kamera atau lensa yang canggih yang mahal. Asal kameranya punya fungsi Manual dan semi otomatis seperti Aperture priority atau Shutter priority, maka Anda bisa mempraktekkan prinsip-prinsip fotografi diatas.
Banyak juga yang di bahas di artikel ini, semoga bisa dipahami dan selamat berlatih.
by Enche on May, 26 2010
Subscribe to:
Posts (Atom)